Senin, 13 Oktober 2014

MANAJEMEN AGRIBISNIS | Organisasi dan Manajemen Sumberdaya Manusia

STMIK MEDIA INFORMATIKA CENDIKIA
STMIK MIC

Dosen :
Asep Jalaludin, ST, MM.
Pengantar Manajemen Umun



Disusun Oleh :
Kelompok C
Pembuat Naskah :
  • Vivi Pusfitasari
  • Samuel Kurniawan

Pemateri  :
  • Ridwan
  • Lenriani Marbun
  • Yakub Kristian

Moderator :
  • Rifi Hamdani

Notulen :
  • Susanah


Tema :
MANAGEMEN AGRIBISNIS
Organisasi dan Managemen Sumberdaya Manusia




KATA PENGANTAR


Dengan memanjatkan puji sykur kehadirat Allah swt, atas segala karuniaNya, makalah yang berjudul " MANAGEMEN AGRIBISNIS: Orgasnisasi dan Managemen Sumberdaya Manusia"  ini dapat disusun .  Makalah ini menyajikan pokok-pokok pikiran mengenai keterkaitan pengembangan managemen agribisnis yang diabstraksikan dari berbagai referensi.

Makalah ini disajikan sebagai salah satu materi dalam Penataran Agribisnis bagi Kepala Bidang Pertanian Umum Kanwil Pertanian. Diharapkan makalah ini dapat memberikan gambaran kepada para peserta tentang pentingnya program pembangunan agribisnis .

Dengan telah selesainya makalah ini, maka perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua rekan yang telah membantu.






                                                                                              
                                            Bekasi,    September  2014
                                                                                    
                                                   



   Penulis.          




DAFTAR   ISI




No
Teks
Halaman






1
KATA PENGANTAR…………………………………
i



2
DAFTAR ISI…………………………………………..
ii



3
PENDAHULUAN……………………………………. 
1



4
PENGERTIAN DEFINISI AGRIBISNIS................
2



5
PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS….
3



6
ANALISIS PEWILAYAHAN KOMODITAS...............
5



7
STRATEGI PENANGANAN SISTEM AGRIKOMA..
6



8
MANAJEMEN SUMBERDAYA DAN ORGANISASI
7



9
DESKRIPSI PROFIL SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS MANGGA DI JAWA TIMUR..............
11

10

KESIMPULAN........................................................

20






11
DAFTAR PUSTAKA……….………………………...
21


PENDAHULUAN

Dalam Pelita VI pembangunan ekonomi menjadi prioritas dengan titik berat pada sektor pertanian yaitu peningkatan produksi pertanian dalam usaha mempertahankan swasembada pangan, meningkatkan komoditas ekspor non-migas serta mengembangkan agroindustri. Secara lebih spesifik tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, memperluas kesempatan kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha serta mnedukung pembangunan daerah. Jalur pembangunan pertanian men­cakup kegiatan  peningkatan komoditi pertanian yang pelaksanaan­nya melalui pembinaan dan pengembangan agribisnis yang meliputi kegiatan terpadu dan tidak dapat dipisahkan mulai dari penye­diaan sarana produksi, pembinaan usahatani, pasca panen, pengo­lahan hasil serta pemasaran hasil.

Propinsi Jawa Timur terbagi dalam 37 Daerah Tingkat II yang masing-masing mempunyai potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia dengan segenap budayanya maupun potensi sumberdaya alam  dengan keanekaragaman hayatinya. Poten­si sumberdaya ini masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan, terutama daerah-daerah lahan kering.  Dari sumber­daya lahan yang ada, sebagian besar merupakan lahan kering dan menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar petani. Permasa­lahan klasik yang ada pada lahan kering ini adalah rendahnya produktivitas lahan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi tentang teknologi yang dapat digunakan untuk mengembangkan wilayah tersebut, tingkat kesuli­tan faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang relatif tinggi dan pengembangan  teknologi produksi yang sangat lamban.

Pada setiap tahap pengusahaan (usahatani) komoditas anda­lan, pemasaran dan pengolahannya diperlukan lembaga sosial- ekonomi sebagai suatu wadah, pola organisasi  dan atribut yang dibutuhkan oleh para petani untuk dapat melakukan fungsinya. Lembaga sosial-ekonomi ini dapat bersifat lembaga  non-formal atau formal. Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diper­lukan dalam penanganan Sistem Agrikoman (Agribisnis Komoditi Andalan). Menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam masyarakat pedesaan, khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak saat penanaman bibit, pengelolaan lahan,  penger­ahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan hasil, serta pemasaran hasil merupakan langkah awal dalam upaya rekaya­sa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut. Selanjutnya, keberhasilan dalam sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem agribisnis secara lebih efisien dan mampu meningkatkan kesejahteran masyarakat.

PENGERTIAN DEFINISI AGRIBISNIS

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them.
Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …”
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen.

PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS

Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor pro­duksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio- fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen.  Keseluruhan aspek-aspek ini SALING terintegrasi dan dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribis­nis" .  Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertani­an tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelemba­gaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian. 

Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang diabstrak­sikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu:

(a). Sistem Agribisnis dan Perdagangan/pemasaran
(b). Sumberdaya manusia dan kelembagaan
(c). Pengelolaan sumberdaya alam
(d). Sistem usaha pertanian (atau usahatani)
(e). Pengembangan agroindustri
(f). Rintisan dan pengembangan produk.

Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer,  berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang.  Dari asal katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribis­nis adalah kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai jumlah semua kegia­tan-kegiatan yang berkecipung dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan  untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian,  pengolahan, penyimpanan  dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957).
Menurut Snodgrass dan Wallace (1974), kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian  yang kompleks sebagai akibat dari pertanian yang semakin modern. Pertanian meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis dapat memfokuskan kegiatannya pada satu segmen dari keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan  secara terintegrasi.  Agribisnis dapat berupa  perusahaan besar seperti perkebunan besar, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak, pabrik susu, perusahaan perikanan, dan lainnya.  Selain itu juga dapat berupa perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan, petani, pedagang (bakul), peternak, dan lain­nya. Menurut Balbin dan Clemente (1986), pengertian agribisnis dapat diperluas  mencakup pemerintah, pasar, asosiasi perdagan­gan, koperasi, lembaga keuangan, sekelompok pendidik dan lembaga lain yang mempengaruhi dan mengarahkan bermacam-macam tingkatan arus komoditas. Halcrow (1981) mengartikan agribisnis hanya meliputi kegiatan industri jasa dan material untuk usahatani (produksi pertanian) dan industri pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. William dan Karen (1985) mengartikan agribisnis sebagai perusahaan besar (profit company) yang berbe­da dengan petani kecil. 

Ciri-ciri agribisnis adalah merupakan suatu industri yang kompleks dan berstruktur vertikal, setiap komponen secara terpi­sah  independen tetapi dalam arti yang luas  saling  tergantung membentuk sebuah sistem komoditas.  Oleh karena itu pengambilan keputusan  yang baik memerlukan  pengertian tentang keseluruhan struktur industri dan harus mampu memahami titik sentral dari berbagai bagian yang relevan  dari berbagai bagian sistem struk­tural.
Berdasarkan keterangan di atas, "agribisnis" secara luas dapat dipandang sebagai "bisnis" yang berbasis pertanian. Secara struktural usaha bisnis ini terdiri atas tiga sektor yang saling bergantung, yaitu (i) sektor masukan, yang ditangani oleh berba­gai industri hulu yang memasok bahan masukan kepada sektor pertanian , (ii) sektor produksi (farm), yang ditangani oleh berbagai jenis usahatani yang menghasilkan produk-produk bio- ekonomik, dan (iii) sektor keluaran, yang ditangani oleh berba­gai industri hilir yang mengubah hasil usahatani menjadi produk konsumsi awetan/olahan dan yang menyalurkan produk ini melalui sistem pemasaran kepada konsumen (Downey dan Erickson, 1989).  

Dengan demikian "agribisnis" meliputi seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan /input usahatani; terli­bat dalam proses produksi bio-ekonomik; menangani pemrosesan hasil-hasil usahatani; penyebaran, dan penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen.  Dalam kaitannya dengan komoditas   di suatu wilayah , sebagian besar aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi yang berbeda-beda. 


ANALISIS PEWILAYAHAN KOMODITAS

1. Seleksi Komoditas
Seleksi komoditas dilakukan untuk mendapatkan alternatif komoditas yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah dengan lngkungan tumbuh tertentu. Inventarisasi dimulai dari jenis- jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh rakyat, kemudian baru melibatkan jenis-jenis komoditas yang belum dikenal. Kriteria yang digunakan sebagai dasar seleksi tertumpu pada segi agroteknologinya untuk dikembangkan lebih lanjut serta potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor, nilai tambah ekonomi bagi petani serta dampaknya terhadap kesempatan kerja dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, maupun tanaman hortikultura.

2. Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan Usaha
Uraian tentang teknik budidaya meliputi persiapan tanam, pemeliharaan pertanaman, sampai dengan pemungutan hasil. Berda­sarkan pada teknologi budidaya  yang diterapkan di lapang saat ini, dengan penyesuaian seperti yang dianjurkan oleh lembaga penelitian.  Selain itu pemilihan teknologi terutama didasarkan pada kemampuan produsen, baik dari segi managerial maupun par­sialnya. Pertimbanagn yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan mempertimbangkan skala yang memadai dan ke­mungkinan tersedianya bahan baku. Modal usahatani maupun indus­tri pengolahan diasumsikan berasal dari sistem perbankan formal, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan.

Lama analisis keuangan atau finansial yang dilakukan akan bervariasi disesuaikan selama satu siklus umur tanaman dengan lausan satu hektar.  Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberap[a tolok ukur yaitu pendapatan B/C, MPV dan IRR, kecuali untuk tanaman semusim digunakan pendapatn dan R/C. 

STRATEGI PENANGANAN SISTEM AGRIKOMAN

Sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya, penyusunan konsep penanganan Sistem Agribisnis Komoditas Andalan dilandasi dengan pendekatan "Agrosistem" dengan tiga aspek utamanya, yaitu aspek teknis-teknologi (termasuk pertimbangan bio-fisik), aspek ekonomi-bisnis, dan aspek sosial-budaya (termasuk kelembagaan penunjang).
 pengembangan program harus tersusun secara sistematis sehingga tahapan pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, mulai dari persiapan sampai usaha tersebut menghasilkan sesuatu. 

(a).       Penentuan Kelompok Sasaran (POKSAR)
Program pengembangan ini tentunya diproiritaskan bagi petani yang kurang mampu, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kecil.  Dasar pertimbangannya adalah bahwa petani tersebut biasanya kurang berani mengambil resiko kegaga­lan  dan menanamkan modal untuk usaha yang belum pernah diteku­ni. Disamping itu petani tersebut kurang mampu untuk mencari modal yang cukup besar untuk usahataninya.

Penentuan kelompok sasaran ini dilakukan dengan cara seleksi  yang mendasarkan kepada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai tolok ukur taraf hidup petani.  Kriteria pemilihan berpedoman kepada beberapa fasilitas sarana fisik yang dimiliki seperti, pemilikan ternak, alat transport, luas lahan, rumah serta status pekerjaan.  Apabila petani tersebut lolos dari persyaratan minimal yang diajukan maka tidak memenuhi syarat sebagai petani kurang mampu, sehingga tidak mendapatkan prioritas bantuan dan sebaliknya. 

Berdasarkan kenyataan bahwa suatu usaha adalah suatu investasi bisnis, maka prinsip kelayakan usaha juga harus menja­di pertimbangan.  Prinsip-prinsip tersebut adalah :

(1).  Kelayakan Usaha Berdasarkan Finansial, meliputi: Compara­tive advantage, enterprise choice cabang usaha, Opportuni­ty cost, dan Economic of scale.
(2).  Kelayakan Usaha Berdasarkan Managerial, meliputi : Sistem pengorganisasian, model kredit begulir, model pembinaan, model pelunasan pinjaman, sistem keterkaitan dengan mitra usaha, dll.
(3).  Kelayakan Usaha Berdasarkan Sosial, meliputi : respon masyarakat, Partisipasi, dan daya jangkau kebutuhan masya­rakat.
 
(b). Penyuluhan
Mengingat tingkat pengetahuan petani lahan kering di wilayah pedesaan miskin sangat terbatas, khususnya mengenai hal- hal yang mesih dianggap baru, maka petani harus diperkenalkan dengan teknologi budidaya tanaman tersebut. Pengenalan IPTEK baru ini meliputi beberapa aspek baik teknis maupun non teknis. Hal-hal yang bersifat teknis misalnya teknologi budidaya yang perlu diperhatikan mulai dari penyediaan bibit atau bahan tanam, pemupukan, pemeliharaan tanaman sampai kepada pasca panennya.   Hal yang bersifat noon teknis misalnya manfaat tanaman bagi peningkatan pendapatan,  prospek tanaman untuk memenuhi kebutu­han pasar lokal maupun peluangnya untuk ekspor dan sebagainya.  Dengan demikian petani akan terbuka wawasannya dan mempunyai minat besar untuk mengembangkan komoditi tersebut. 

(c). Penyediaan bahan tanam/Bibit
Salah satu aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu usahatani adalah tersedianya bahan tanam baik berupa bibit maupun benih.  Kesalahan dalam memilih bahan tanam tersebut banyak yang mengakibatkan kerugian yang membawa akibat fatal bagi petani.  Sebagai contoh, kalau seandainya petani ingin menanam kelapa, sementara mereka tidak memperhatikan bibit yang digunakan sebagai bahan tanam, maka kesalahan penggunaan bibit ini akan baru dirasakan setelah menunggu selama 5 - 7 tahun berikutnya.  Sehingga petani disamping rugi dengan biaya yang dikeluarkan, juga akan rugi waktu.  Karena mereka bersusah payah menunggu sampai bertahun-tahun akhirnya tanaman yang diusahakan tidak memuaskan.  


MANAGEMEN SUMBERDAYA  DAN ORGANISASI

Agribisnis menghimpun sejumlah manusia yang bekerja sama untuk menca­pai maksud dan tujuan bersama.  Segera setelah agribisnis melibatkan  lebih dari satu orang, berbagai hal mengenai organisasi, personalia, kepemiminan dan faktor pemotivasi pasti langsung bermunculan.  Sema­kin besar organisasi, semakin rumit dan semakin penting permasalahan­nya.   Oleh karena salah satu tanggung jawab dasar manajer adalah memperoleh, menata, memotivasi dan  mengnedlaikan sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan bisnisnya seefektif mungkin, maka manajemen harus mengemban tanggung jawab tersebut.

Pengelolaan sumberdaya manusia dalam agribisnis mempunyai banyak dimensi. Pertama, melibatkan kesleuruhan fungsi personalia, yaitu perekrutan, pengangkatan, pelatihan, pengevaluasian, pengajuan pro­mosi, pengelolaan balas jasa dan tunjangan, dan pada agribisnis tertentu berurusan dengan  serikat pekerja.  Selain itu, manajemen juga harus mengembangkan struktur  organisasi dimana tanbggung jawab, wewenang, dan tanggung gugat perorangan dirumuskan dengna jelas.  Kemudian manajemen harus memusatkan perhatian  pada pengarahan dan pemantauan kegiatan harian. 
Kepemimpinan akan menjadi faktor penentu keberhasilan bisnis apabila manajer berupaya memotivasi dan mengendalikan  sumberdaya manusia untuk  memaksimasi produktivitas. 
"Manajemen" dapat didefinisikan sebagai: seni untuk keberhasilan mencapai hasil yang diinginkan secara gemilang dengan sumber-sumber yang tersedia bagi organisasi. 

(1). Manusia yang melaksanakan manajemen (Manajer)
        Kemampuan manajer untuk mencapai hasil melalui ornag lain snagat epenting sekali dlaam manajemen yang baik.  Investasi berupa waktu dan perhatian kepada bawahan sering mendatangkan imbalan sangat berharga.
(2). Seni dan bukan ilmu.
        Setiap orang dapat menggunakan prinsip-prinsip manajemen  untuk mewujudkan pertumbuhan dan kemajuan  secara berkelanjutan.
(3). Berhasil dengan gemilang.
(4). Sumberdaya yang tersedia.

Manajer menggunakan  apa yang dimiliki untuk memperoleh apa yang didinginkan, dan mereka berurusan dengan peluang , bukan fantasi.

Konsep Manajemen
(1). Konsep 6M
        Daya upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui pemanf­aatan yang efektif atas sumberdaya yang tersedia (Money, Markets, Material, Machinery, Methods, dan Man).
(2). Konsep Perilaku
        Manajer memperluas dan memperkaya pekerjaan; memberi lebih banyak tanggungjawab dan wewenang kepada setiap pekerja, dan mencip­takan  lingkungan kerja dimana para pekerja merasa puas karena kebu­tuhannya diakui, diterima dan dipenuhi.
(3). Konsep 5P.
        Manajemen merupakan sederetan fungsi : Perencanaan, Pengorgani­sasian, Pengarahan, Pengendalian,  dan Pengkoordinasian. Dua fungsi tambahan: Pengkomunikasian dan Pemotivasian.
Keberhasilan agribisnis pada dasarnya tergantung pada  efektif-tidak­nya pemanfaatan  sumberdaya organisasi oleh manajer.  Kemampuan  untuk memanajemen  atau mengelola sesuatu merupakan  bakat bawaan, namun dapat juga merupakan keahlian yang dapat dan harus dipelajari.  Bagi sementara orang, "manajemen" dianggap sebagai suatu "kegaiban dan permainan sulap".  Namun tentu saja kesan seperti ini tidaklah profesional.
Dewasa ini pendidikan bisnis telah sedemikian canggihnya dengan berbagai model dan kelengkapannya. 
Manajer bisnis yang berhasil dibimbing oleh pronsip dan pengetahuan manajemen, hal ini mengisyaratkan bahwa keahlian manajemen dapat dipelajari.
Bisnis harus mencoba memahami, bahwa mereka harus bersedia menginves­tasi waktu, uang, dan daya-upaya untuk karyawan sebagaimana halnya dengan investasi dalam bentuk tambahan peralatan dan perlengkapan.
Seorang manajer dapat dipandang sebagai seorang yang menyiapkan organisasi dengan kepemimpinannya dan bertindak sebagai katalisator perubahan.  Manajer yang baik sangat efektif dalam lingkungan yang memungkinkan perubahan bersifat kreatif. 
Manajer yang tidak efektif memusatkan pikirannya untuk melaksanakan sesuatu dengan cara yang tepat, bukannya memikirkan apa yang tepat untuk dilakukan.

 Ciri-ciri khusus manajemen agribisnis:
(1). Jenis-jenis bisnis yang sangat beraneka-ragam, mulai dari para produsen dasar hingga para pengirim, perantara, pedagang borongan, penroses, pengepak, pembuatn barang, usaha pergudangan, pengangkut, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran dan lain sebagainya.  Perjalanan sepotong roti mulai dari bibit gandum hingga gudang grosir dan toko makanan jelas melibatkan berbagai macam jenis usaha bisnis.
(2).  Berjuta bisnis  yang berbeda-beda telah lazim menangani route  dari produsen hingga pengecer dan konsumen.
(3). Pembentukan agribisnis dasar (primer) di sekeliling pengusaha tani.  Para petani (pengusaha tani) ini menghasilkan berbagai produk pertanian. Hampir semua  agribisnis terkait dengan  pengusaha tani ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
(4).  Ukuran agribisnis sangat beragam dan tidak menentu, mulai dari yang berukuran raksasa hingga organisais yang dikelola oelh satu orang atau satu rumahtangga.
(5). Agribisnis berukuran kecil  dan harus berjuang di pasar yang relatif  bebas dnegna penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit. 
(6).  Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pelaku agribis­nis cenderung mengakibatkan agribisnis lebih kolot dibandingkan dengan bisnis lainnya.
(7). Badan usaha agribisnis  cenderung berorientasi  pada keluarga.  Suami dan istri  seingkali terlibat dengna sangat baik pada tahap pengoperasian  dan tahap pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra kerja penuh.
(8). Agribisnis cenderung  berorientasi pada masyarakat .  Banyak agribisnis berlokasi di kota kecil dan pedesaan dimana  hubungan antar perorangan sangat penting dan ikatan ini bersifat jangka pan­jang. Antar ependuduk dan antar rumahtangga saling kenal dalam jangka panjang.
(9). Agribisnis bersifat musiman.  Maslaah-masalah khusus sering muncul sebagai akibat dari eratnya ketergantungan antara  agribisnis dengan pengusaha tani, dan juga karena sifat musiman komoditas.
(10). Agribisnis bertalian dengan gejala alam, seperti kekeringna, banjir, hama & penyakit, dan cuaca/iklim.
(11).Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung kepada agribisnis.

Manajemen Sumberdaya Manusia
Pada dasarnya manajemen sumberdaya manusia dapat dibagi menjadi : (1) pengelolaan fungsi dan (2) pengelolaan motivasi. Apabila orangnya dan pekerjaannya tidak serasi, motivasi tidak akan timbul.
Tiga hal pokok fungsi sumberdaya manusia dalam kebanyakan agribisnis adalah (a) ukuran perusahaan, (b) pengetahuan mengenai fungsi sumber­daya manusia, dan (c)  falsafah manajemen puncak mengneai sumberdaya manusia.
Fungsi manajemen sumberdaya manusia:
(1). Menentukan kebutuhan personil perusahaan
(2). Mencari dan merekrut tenagakerja
(3). Mengangkat atau memilih tenagakerja
(4). Mengorientasikan tenagakerja pada pekerjaannya
(5). Menetapkan persyaratan kompensasi dan tunjangan
(6). Mengevaluasi prestasi kerja
(7). Mengawasi pelatihan dan pengembangan
(8). Mengadakan promosi atau kenaikan jabatan
(9). Menangani pemutusan hubungna kerja atau pemindahan.

Langkah pertama manajemen sumberdaya manusia adalah perumusan peker­jaan yang akan dilakukan.  Tantangan perumusan pekerjaan terletak pada  rencana organisasional yang tersusun dan berwawasan mendalam. Setiap posisi harus mempunyai job-goals yang menunjang keberhasilan perusahaan.  Pekerjaan dapat dirumuskan dengna menggunakan dua pende­katan: (1) spesifikasi kerja dan (2) uraian kerja.

Spesifikasi kerja mengisyaratkan kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara memuaskan.  Spesifikasi kerja ini dapat mencakup beberapa aspek, yaitu:
(1).  Maksud pekerjaan: tujuannya, kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
(2).  Jenis pekerjaan: supervisi, pelatihan, tanggungjawabnya; apakah pekerjaan merupakan tugas seumur hidup atau menjanjikan peningkatan karir.
(3). Persyaratan pekerja: pendidikan, pengalaman, ketrampilan khusus, kesehatan, kepribadian dlsb.
(4). Cara-cara khusus untuk menentukan kemampuan pelamar: ujian, catatan kerja masa lalu, dlsb.

Uraian kerja (job description)  berittik berat pada kegiatan dan tugas kerja .
Calon karyawan dapat dicari pada banyak sumber.  Kualifikasi kerja, upah atau gaji, jenis dan ukuran organisasi, dan lokasi agribisnis memainkan peranan penting dalam perekrutan karyawan. Pertimbangan penting ialah rekomendasi dari karyawan sendiri yang selama ini telah selalu bekerja dengan baik. Apabila pekerjaan memerlukan  pelatihan dan pendidikan khusus, Balai Latihan kerja  atau penyuluh dapat diminta untuk mencarikan calon pekerja.

Sumberdaya manusia merupakan aktiva terpenting pada setiap agribis­nis. Fungsi manajemen sumberdaya manusia  bersnagkut paut dengan  pengelolaan mekanisme pengkaryaan.  Semakin besar agribisnis, semakin formal dan rumit proses tersebut; tetapi setiap agribisnis harus mampu menyelenggarakan fungsi personalia secara tuntas.

Manajemen sumberdaya manusia mengawalinya dengan menentukan kebutuhan pengkaryaan.  Dalam hal ini biasanya harus ada  perumusan atas peker­jaan  dan pengembangan uraian kerja  sehingga personil  yang tepat dapat direkrut.  Perekrutan mencakup usaha mencari calon karyawan yang qualified  atau berbobot, wawancara, dan peran-serta dalam memilih yang terbaik.  Setelah itu, fungsi personalia harus senantia­sa  mengamati kegiatan-kegiatan pada masa awal pengkaryaan, orienta­si, dan pelatihannya.

Fungsi personalia lainnya ialah pengembangan dan pengelolaan program tunjangan karyawan; asuransi, pensiun, kesehatan, kecelakaan kerja , pendidikan, dan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja. 

Pada kebanyakan agribisnis, fungsi personalia juga mencakup evaluasi prestasi kerja karyawan secara teratur dan pengupayaan pertumbuhan profesional yang berkelanjutan melalui program pelatihan dan pengem­bangan yang  diselenggarakan.  Pelatihan dapat dilaksanakan secara informal, sambil kerja, atau berupa seminar formal, yang semuanya harus mengarah kepada peningkatan produktivitas.

Pengelolaan sumberdaya manusia merupakan tanggungjawab dasar bagi manajer agribisnis. Para manajer harus mengembangkan struktur orga­nisasi  dimana tanggungjawab, wewenang, dan tanggung gugat perorangan  ditentukan secara jelas.  Manajemen harus mengarahkan dan memantau kegiatan harian, memotivasi dan mengnedalikan para karyawan agar berupaya mencapai produktivitas yang maksimum.
Banyak agribisnis menggunakan bagan organisasi formal untuk memperje­las tanggung jawab, wewenang dan tanggung uggat para karyawan.  organisasi lini merupakan struktur dimana  setiap orang berada dalam rantai komando dan mempunyai tanggungjawab langsung  bagi fungsi- fungsi utama dalam bisnis. Dalam struktur organisasi lini dapat ditambahkan tenaga staf ahli tanpa diberi wewenang dan hanya berhak memberi nasihat kepada para manajer lini organisasi; sedangkan dalam struktur organisasi fungsional  para staf ahli diberi wwewenang untuk melaksanakan gagasan-gagasan  dalam bidang tanggung-jawabnya. 

Kepemimpinan merupakan tugas yang menantang bagi hampir semua manajer agribisnis. Banyak gaya kepemimpinan  yang berbeda dan berjenjang mulai dari yang bersifat otokratik, demokratik, hingga yang bersifat  bebas. 

Pemotivasian berarti mendorong karyawan  agar bertindak dalam cara- cara tertentu.  Maslow menjelaskan kebutuhan pokok manusia sebagai hierarkhi, pemenuhan kebutuhan pokok inilah  yang memotivasi manusia.  Namun demikian, faktor lainnya seperti uang sudah merupakan bagian dari pengharapan wajar manusia sehingga  hal ini bukan lagi merupakan faktor pemotivasi tetapi sudah merupakan faktor higienik, yang jika jumlahnya tidak memadai, akan menciptakan ketidak puasan.

Analisis transaksional merupakan salah satu model untuk memahami  keinginan karyawan dan dan faktor pemotivasinya.  Analisis transak­sional merupakan  alat yang bagus untuk membantu para manajer  men­gerti kehendak bawahan, tetapi hal ini hanya perlu digunakan sebagai alat tambahan saja.  Tidak ada rumus yang siap pakai atau jawaban yang tepat dalam bentuk yang terbaik untuk memanajemeni manusia.  Manajemen merupakan proses rumit yang didasarkan pada sifat  watak pemimpin, sifat si terpimpin, dan situasi.

DESKRIPSI PROFIL SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS MANGGA DI JATIM

1. Pendahuluan

Beberapa permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:


(a).  Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah potensial demand  pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang  jenis/varietas yang  paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi buah.
(b). Sebagian besar tanaman  mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya.  Alternatif pengemban­gan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau  perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusa­hakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial.
(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar,  sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengem­bangan  agribisnis mangga, perlu dikaji model pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.

2. Potensi Produksi Mangga

Perkembangan produksi mangga di Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi (Tabel 2)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa Timur Selama Tahun 1985-1990.

Tahun     
    Produksi    
     Perkembangan                   
          
       (ton)    
          (% /th)
 1985     
     186.250    
             -
 1986     
     207.600    
          11.46
 1987     
     284.850    
          37.21
 1988     
     306.225    
           7.50
 1989     
     452.500    
          47.77
 1990     
     611.250    
          35.08
Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tana­man Pangan Propinsi Jawa Timur 1991/1992


Tabel 2.     Produksi Mangga Berdasarkan Jenisnya di Jawa  Timur, Tahun 1990

Jenis Mangga  
        Produksi
         Persen
               
        (ton)  
          (%)
 Arumanis      
       216.994 
        35.50
 Golek         
        92.290 
        15.10
 Manalagi      
       132.641 
        21.70 
Jenis lain    
       169.316 
        27.70
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1991/1992.




3. Wilayah  Agroekologi Mangga

Tanaman mangga sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan.  Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami ganggua seperti  kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah.  Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm.  Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah dataran tinggi (>1000 m dpl).  Periode kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya cukup dalam. 
Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus. Hasil evaluasi rekonaisans di Jawa Timur diabstraksikan dalam Tabel 3.

Secara general, wilayah pengembangan mangga di Jawa Timur dapat dijelaskan seperti berikut.
(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-1000 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)
       Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga menghen­daki periode kering ternyata masih turun hujan.  Oleh karena itu kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.
(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400- 1000 m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun)    
       Sebaran wilayah ini di Jawa Timur sangat luas dengan kondisi agroe­kologi sangat beragam.  Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin diha­dapi adalah solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.
(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering
       (0-400 m dpl, CH = < 1000 mm/tahun)
       Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.

Tabel 3.  Klasifikasi lahan bagi pengembangan mangga di Jawa Timur (Soemarno dkk, 1992)

N
Development zones      
Altitude 
Tipe   
Solum    
 Possible constraint*)   
 o
(Symbols)              
( m dpl
iklim
 (cm)    





1.
A1R1S1 (Sesuai)       
0-400    
 C2-C3      
 > 100   
 k1; k2
k3
k4
k5

2.
A1R1S2 (Sesuai)       
0-400    
 C2-C3      
 60-100  
 k1; k2
k3
k4
k5

3.
A1R1S3 (Kurang sesuai)
0-400    
 C2-C3      
 < 60    
 k1; k2
k3
k4
k5

4.
A1R2S1 (Kurang sesuai)
0-400    
  D         
 > 100   
 k1; k2
k3
k4
k5

5.
A1R2S2 (Kurang sesuai)
0-400    
  D         
 60-100  
 k1; k2
k3
k4
k5

6.
A1R3S1 (Kurang sesuai) 
0-400     
 B; E       
> 100    
k1; k2
k3
k4
k5

7.
A1R3S2 (Kurang sesuai)
0-400    
  B; E      
 60-100  
 k1; k2
k3
k4
k5

8 .
A2R1S1 (Sesuai)       
400-1000 
  C2-C3     
  > 100  
 k1; k2
k3
k4
k5

9 .
A2R1S2 (Sesuai)       
400-1000 
  C2-C3     
  60-100 
 k1; k2
k3
k4
k5

10
A2R1S3 (Cukup  sesuai)
400-1000 
  C2-C3     
  < 60   
 k1; k2
k3
k4
k5

11
A2R2S1 (Cukup  sesuai)
400-1000 
  D         
 > 100   
 k1; k2
k3
k4
k5

12
A2R2S2 (Cukup  sesuai)
400-1000 
  D         
 60-100  
 k1 ;k2
k3
k4
k5

13
A2R2S3 (Kurang sesuai)
400-1000 
  D         
 < 60    
 k1; k2
k3
k4
k5

14
A2R3S1 (Kurang sesuai)
400-1000 
  B; E      
 > 100   
 k1; k2
k3
k4
k5

15
A2R3S2 (Kurang sesuai)
400-1000 
  B; E      
 60-100  
 k1; k2
k3
k4
k5

16
A3R2S3 (Tidak  sesuai)
>1000    
  D         
 < 60    
 k1; k2
k3
k4
k5


Keterangan : *) Kendala yang mungkin ada; k1 = salinitas yang tinggi; k2 = kedalaman muka air tanah < 50 cm;  k3 = tekstur tanah liat berat; k4 = drainase buruk/daerah genangan/banjir; k5 = kekeringan;  k6 = kondisi iklim (suhu dan kelembaban udara) ; k7 = curah hujan berlebihan.


(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH = 1000-2000 mm/tahun)

Wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga.  Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi mangga.  Periode kering cukup pan­jang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase yang jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat. 


4. Pusat produksi mangga  

Tanaman mangga di Jawa Timur tersebar pada hampir selur­uh wilayah. Daerah-daerah sentra produksi aktual mangga di Jawa Timur disajikan  dalam  Tabel 4.

Tabel 4. Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur

 
Kabupaten 
    Produksi buah (ton) Kultivar:
 

Arumanis   
Golek      
Lainnya

1.
Pasuruan  
  44.436  
  27.025   
   29.143

2.
Probolinggo
  28.895  
   2.565   
    9.620

3.
Kediri    
   4.962  
   8.575   
   24.850

4.
Lumajang  
   7.040  
   4.128   
   13.760

5.
Jombang   
  17.940  
   1.331   
    5.430

6.
Gresik    
   7.524  
    1964   
    9.642

7.
Mojokerto 
   7.434  
   1.127   
    8.270

8.
Ponorogo  
    7.560  
     975   
    7.515

Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1991/92.


5. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga

5.1. Usahatani
Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekaran­gan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengu­sahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 5.
Tanaman mangga di lahan pekarangan penduduk tidak menda­patkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.
Tabel   5.     Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya 

 
Farming systems                
% luasan         
1.
Mangga diusahakan pada lahan  pekarangan 
90 - 95
2.
Mangga diusahakan pada lahan

 
tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan 
   ± 5.0
3.
Mangga diusahakan pada lahan

 
tegal secara monokultur           
  ± 1.0
Sumber: Soemarno dkk., 1992.

5.2. Produktivitas mangga

Jumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra produksi Probolinggo disajikan dalam Tabel 6.


Tabel 6.        Jumlah Tanaman dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten            Probolinggo, 1990/91.

Kultivar
Jumlah pohon mangga:    
Produksi
          
Productif
Muda   
   Total 
  buah
          


         
    (kw)
Gadung    
95.527    
55.520  
  151.047
  137.085
Manalagi  
44.735    
33.149  
   77.884
   58.357
Golek     
20.950    
23.986  
   44.936
   35.803
Madu      
 7.229    
18.303  
   25.532
    7.898
Jenis lain
45.972    
63.932  
  109.904
  142.372
Jumlah    
214.413    
204.890  
  419.303
  381.515
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, 1991/1992.


5.3. Usahatani mangga rakyat

Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sebagaimana disajikan dalam Tabel 7.

5.4. Sistem Pemasaran 
Buah mangga pada umumnya dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan  (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986). Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

a. Saluran Pemasaran. Buah mangga  yang dihasilkan di  Kabupaten  Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabu­paten dan sebagian dikirim ke luar wilayah.

b. Cara Pemasaran
Penjualan buah mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.


Tabel 7. Deskripsi Sistem  Usahatani Mangga Yang Dilaku­kan Petani, 1992/1993

                          
  Kondisi aktual  
1. Rata-rata jumlah pohon 
  3-5 pohon
2. Lahan yang digunakan   
  Lahan pekarangan
3. Jarak tanam            
  Tidak beraturan
4. Sistim penanaman       
  Sebagian besar berasal dari

cangkokan
5. Jenis mangga yang 
       Arumanis (gadung) dan   
   banyak diusahakan 
       Manalagi                 
6. Pemangkasan        
      Umumnya dilakukan pada       
                       
     waktu tanaman umur 1-3 tahun
7. Pemupukan            
Umumnya dilakukan pada waktu
                         
   tanaman umur 1-2 tahun
8.Pemberantasan hama dan penyakit
Jarang dilakukan 
Sumber: Soemarno dkk. 1992.

c. Marjin pemasaran

Marjin pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo seba­gaimana Tabel     untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% (Tabel 8). 
Tabel 8.     Pemasaran Mangga dari Kabupaten Probolinggo ke luar Kabupaten, 1992/1993

Aktivitas           
Nilai          
  Pangsa                    
                       
(Rp/100 buah)  
   (%)
1. Petani              
               

   Harga jual          
 14.280        
  44.70
2. Pedagang pengumpul  
               

   a. Harga beli       
 14.280        
  44.70
   b. Biaya            
               

     - Panen           
    714        
   2.23
     - Sortasi         
    460        
   1.44
     - Packing         
  1.285        
   4.02
     - Transport lokal 
    250        
   0.78
     - Kuli angkut     
    860        
   2.69
     - Transpor ke luardaerah (Jakarta)
  5.732        
  17.94    
              Total           
  9.301        
  29.12     
   c. Harga jual       
 31.945        
 100
   d. Keuntungan       
  8.355        
  26.15
Sumber: Soemarno dkk, 1993


5.5. Agroteknologi mangga

Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo diperoleh informasi tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 9. Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang  menerapkan  teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekaran­gan dapat dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.


6. Tingkat Kelayakan

6.1. Aspek Agroekologi

Tanaman mangga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik  pada   tempat-tempat   dengan   ketinggian 0-600 meter diatas permukaan laut, sedangkan kondisi yang ideal adalah 0-300 m dpl. Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman mangga sebagai berikut :
(1). Daerah-daerah yang kondisi iklimnya ditandai oleh bulan basah kurang dari 9 bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm atau lebih, se­hingga tidak terjangkau oleh sistem perakaran .
(2). Daerah-daerah  yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan keringnya 4-6 bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.
(3). Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang dari 5 bulan dan bulan keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan dan keringnya 8 bulan, dengan kedalaman muka air ta­nahnya  50 cm sampai dengan 150 cm di bawah permukaan.                 



6.2.  Prospek pengembangan Mangga

Keberhasilan pengembangan mangga di Jawa Timur menghada­pi beberapa faktor:

(a). Swa sembada pangan
Pengembangan tanaman mangga haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam tanaman mangga  pada setiap jengkal lahan yang kosong.

(b). Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan kritis di Jawa Timur sampai saat ini masih memer lukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendor­ong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyara­kat.

(c). Respons petani
Respon petani untuk menanam mangga pada lahan kering (pekarangan, tegalan, ke­buun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah mengar­ahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.

(d). Intensifikasi penggunaan lahan
Intensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan  "Sleeping Land".  Dengan demi­kian penanaman mangga pada lahan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.

Tabel  9. Keadaan  Agro-Teknologi  Budidaya Mangga  di Kabu­paten Pasuruan dan Probolinggo .

                      
Pasuruan        
Probolinggo
                      
Home-yards
 Gardens
 Homeyards
Gardens
I. Bibit dan Pembibitan
       
       
         

    a. Asal bibit     
       
       
         

       - Sendiri      
75.0 %  
 36.5 %
 55 %    
   20%
       - Membeli      
25.0 %  
 63.5 %
   45 %  
     80
    b. Cara Pembibitan
       
       
         

       - Biji         
55.0 %  
   0   
   15 %  
     -
       - Sambungan    
26.0 %  
55.0   
  30 %   
    60%
       - Okulasi      
15.0 %  
 30.0  
   20 %  
     40
       - Cangkok      
4.0 %  
 15.0  
   35 %  
     -
    c. Jarak Tanam; m 
       
       
         

       - Tak teratur  
8 x 8   
  -    
  7 x 7  
    - 
       - Teratur      
10 x 10 
12 x 12
10 x 10  
10 x 10
    d. Sistim Penanaman
       
       
         

       - Tumpangsari  
100 %   
75 %    
 85 %    
   50%
       - Monokultur   
 -     
25 %    
 15 %    
   50
II. Pemeliharaan      
       
       
         

   a. Pemangkasan/    
       
       
         

      Benalu          
55.55 % 
40.75 % 
 50 %    
  80%
   b. Pemupukan       
 11.00 %
 55.00 %
   20 %  
    90%
   c. Pemberantasan   
       
       
         

      hama penyakit   
 5.00 %
45.00 %
  12 %   
   70%
   d. Penyiangan      
40.00 %
75.00% 
  20 %   
   80%
III. Jumlah rata-rata 
 4 pohon
 60    
   3     
   40
     pohon setiap orang
       
       
         

Sumber: Soemarno, dkk.  1992.


(e). Peningkatan pendapatan petani            
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga membe rikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.

6.3. Aspek Sosio-teknologi

Penguasaan agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, penanaman bibit dan perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.

6.4. Ketersediaan sarana produksi

Ketersediaan sarana produksi untuk pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik.  Potensi bibit mangga di Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 10).

6.5. Aspek Finansial 

a. Tingkat profit             
Usahatani  mangga  apabila  akan dikembangkan secara kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi keuntungannya. Perkiraan biaya inves­tasi dan keuntungan iusahatani  kebun mangga monokultur disajikan dalam Tabel 11 dan 12.      
Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk memperhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.5 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.





Tabel 10 . Analisis Usaha pembibitan mangga dengan volume 1500 buah bibit   mangga

Bahan :                           

a. Sewa Tanah 015 Ha
     Rp.   150.000.-
b. Benih        2000 x Rp. 10     
     Rp.    20.000.-
c. Pupuk   I     10 Kg x Rp. 170.-  
     Rp.     1.700.-        
                II     30 Kg x Rp. 170.-  
     Rp.     5.100.- 
d. Tali Plastik                   
    Rp.     1.000.-
e. Kranjang    2000 x Rp. 50.-    
    Rp.   100.000.-
f. Entris      2000 x Rp. 15      
    Rp.    30.000.-
                                  
    Rp.   307.800.-
Tenaga_Kerja :                       

a. Pengolahan Tanah:                 

   - Bajak      10 HKSP x Rp. 2.000.-
 Rp.    20.000.-
   - Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000.-
 Rp.    35.000.-
b. Penanaman:                        

   - Ajir & tanam  125 HKSP x Rp.2.000
Rp.    25.000.-
c. Pengairan:

   - Penyiraman  25 HKSP x Rp. 2.000.-
Rp.    50.000.-
   - Pengairan   24 HKSP x Rp. 2.000.-
Rp.    48.000.-
d. Penyiangan     18 HKSP x Rp. 2.000.-
Rp.    36.000.-
e. Pemupukan      10 HKSP x Rp. 2.000.-
Rp.    20.000.-
f. Penyambungan  1500     x Rp. 100  .-
Rp.   150.000.-
g. Pemanenan &   

   pembungkusan   50  HKSP x Rp. 2.000.-
Rp.   100.000.-
                                        Total
Rp.   484.000.-
Produksi : 1500  bibit x Rp. 1.250.-   
 Rp. 1.875.000.-
Total biaya: Rp.307.800   + Rp. 484.000
 Rp.   791.800.-
Pendapatan :                           
 Rp. 1.083.200.- 
Sumber: Soemarno dkk.,1993.


7. Kebun Percobaan Mangga

7.1. Pendahuluan

Kebun percobaan tanaman mangga Cukur Gondang terletak di desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Luas areal seluruhnya kurang lebih 11 Ha. Jenis tanahnya termasuk komplek latosol dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rataan curah hujan tahunan 1100 mm, dengan suhu udara rata-rata 31 oC. Kedalaman air tanah dapat mencapai sekitar 1,5 m di bawah permukaan tanah.

Tabel 11. Biaya Investasi Awal Untuk Usahatani Mangga di Probolinggo dan Pasuruan          

Uraian             
Satuan   
Volume
Nilai (Rp)
1. Sewa tanah      
    Ha 
      1 
   200.000
2. Sarana pengairan
   Buah
      2  
  400.000        
   (pembuatan sumur)



   (@ Rp. 200.000



3. Sarana produksi:



a. Bibit           
   batang   
175
    218.750
b. Pengolahan tanah 
  HKSP    
  11
    22.000
c. Penanaman         
 HKSP   
   20 
   40.000
d. Pengairan         
 HKSP  
     8  
  16.000
e. Pupuk dan rabuk   
 unit 
    175  
  43.750        
                     
Sub Total 

 340.500
   Total of initial invesment
 940.500
Sumber: N. Hanani dkk. 1992.


Tabel 12. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun Mangga)

Keterangan                  
            Keadaan
1. Umur mulai berproduksi  
              4 tahun
2. Umur impas permodalan  
              10 tahun
3. Net Present Value (NPV)

   dengan DF = 18 %               
     Rp. 4.059.068
4. Internal Rate of Return (IRR)  
       32.77 %
5. Nilai Break Event Point (BEP) 

   a. Produksi                      
  189 buah / pohon 
   b. Harga                        
  Rp. 24.4 / buah
Sumber:  Soemarno dkk, 1993.


Tanaman uatamanya adalah mangga yang merupakan tanaman koleksi. Pada umumnya tanaman ini sudah tua ( ditanam tahun 1941). Adapun tanaman lainnya adalah koleksi pisang, tanaman pekarangan, tanaman buah-buahan aneka warna. Koleksi mangga terdiri dari 197 jenis yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan luar negeri. Pada bulan juni 1981 yang baru lalu ditambah 6 jenis mangga baru asal Pakistan.




KESIMPULAN
Pada kesimpulan dalam makalah agribisnis ini yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usah – usaha para anggotaorganisasi dan penggunaan sumber dayanya agar mencapai tujuan yangtelah ditetapkan. Dan dalam fungsi manajemen hal yang terpenting  adalah fungsi perencanaan karena fusngsi ini adalah awal dari semua dalam memulai usaha perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA


Afandi, S. 1991. Pengaruh Beberapa macam Media terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Batang Bawah Mangga dan Keberhasilan Sambungan Muda dengan Teknik Mini-Trees.  Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Uni­braw, Malang.

Affandie, A. 1995. Abstraksi Agroteknologi Jeruk di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Aliudin. 1979.  Masalah kerontokan buah pada mangga.  Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw.

Aravindakshan,M. dan J. Philip. 1980.  Effect of varying doses of NPK on growth and vigour of mango during prebearing stage.  South Indian Horticulture 28(3): 94-97

Arifin, M.S. 1986. Studi tentang Penggunaan Zat Penghambat Pertumbuhan pada Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Uni­braw, Malang.

Astawa, I,N,G. 1986. Pengaruh beberapa Wadah Pembibitan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Berbagai Jenis Mangga Sebagai Bahan Batang Bawah.  Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Budhi, D.D. 1988. Pengaruh Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Tiga Varietas Batang Bawah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Das, G.C. dan J. Panda. 1975. Study on the effect of B- nine (N-Dimethyl Amino Succinamic Acid) and Maleic Hydrazide on vegetative shoots of late occurrence in mango. Orissa Jour. of Hort. 4(1&2): 33-36.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan.  Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Downey, W.D. dan S.P. Ericson. 1989. Management Agribisnis. Penerbit Erlangga, Jakarta.

FAO. 1978.  A Framework for Land Evaluation.  Soils Bulletin No. 32.  Food and Agriculture Organization of The United Nations.   Rome.

FAO. 1978.  Agro-ecological Zone Project.  Soil Resources  Report No. 48. .

Hanani, N. 1991. Studi Kelayakan Pengembangan Komoditas komodi­tas andalan dalam Rangka Peningkatan Ekspor dan Agribisnis Hortikultura. Laporah Hasil Penelitian No Kontrak 351/P4M DPPM/BD XXI/1990. Fakultas Pertanian Unibraw.

Hanani, N., A. Affandie dan Soemarno. 1995. Deskripsi Sistem Agribisnis Mangga di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Hanani, N., R. Dwiastuti, Syafrial, S. Wijana, M. Dewani dan A. Affandie. 1991. Studi Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian PHB I/1 DP-4M, Lemba­ga Penelitian Unibraw.

Handajani, S. 1979.  Mencagah kerontokan buah mangga. Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura, Malang.

Hussein, M.A., dan K.E. Youssef. 1973.  Physico-chemical  Parameter as An Index of Optimum Maturity in Egyptian Mango Fruit, Mangifera indicaL. Hort. Dept., Univ. of Assiut, Assiut, Egypt.

Idiyah, S. 1987. Studi Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera       indica L.) di Balai Benih Induk Pohjentrek , Kebun Percobaan Kraton dan Kebun Percobaan Cukur-Gondang Pasuruan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Perta­nian, Unibraw, Malang.

Imam Syafii. 1995. Deskripsi Sistem Agribisnis Tanaman Melinjo di Magetan. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Peneli­tian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Ingdrawati, M.L.A. 1989. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Lokal yang Berpotensi Sebagai Batang Bawah terhadap Keberhasilan Sambungan dengan Batang Atas Mangga Gadung.  Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra dan R.G. Kartasapoetra. 1985. Management Pertanian (Agribisnis). Bina Aksara, Jakarta.

Kuntari, Y.B. 1989. Pengaruh Letak Sambungan dan Waktu Defoliasi Batang Atas Terhadap Keberhasilan Grafting pada Mangga Batang Bawah Varietas Madu. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumaningsih, D. 1990. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Dormex terhadap Pemecahan Kuncup  dan Pertumbuhan Tunas Lateral pada Bibit mangga Varietas Lokal. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumo, S. dan T. Suminto. 1971.  Jenis-jenis Mangga yang Baik Untuk Buah Meja.  Bulletin Tjahort. 5: 1-24.

Masyrofie dan Soemarno. 1995. Sistem Agribisnis Kenanga di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Mujiono. 1988. Pengaruh Cara Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Beberapa Varietas Batang Atas Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Musrifah, S. 1991. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembibitan Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Notodimedjo,  S.   1983.   Pengantar Ilmu Hortikultura.  Fakultas Pertanian.  Universitas Brawijaya Malang.

Oetomo, T.K. 1987. Pengaruh Penggunaan Berbagai Dosis Herbisida Otyfluorfen Dalam Pengendalian Gulma dan Akibatnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangga (Man­gifera indica L.) Varietas Madu di Pesemaian. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Patel, B.M. dan R.S. Amin. 1981.  Investigation Into the      Best Period for Soft Wood Grafting of Mango in Situ South Indian Horticulture. 29(2):90-94.

PPA. 1988. Commodity Profiles, Pusat Pengembangan AGribisnis, Jakarta.

Purbiati, T., Widodo, dan A. Supriyanto. 1986.  Pengaruh Media dan Saat Penyambungan pada Pembibitan Mangga Secara Cepat. Sub Balai Penelitian Hortikul­tura, Malang. Hortikultura No. 21: 84-92.

Purushatham, K. dan B. Narasimhan.  1981.  Depletion of Soil Moisture by Young Mango Trees With and Without Irrigation.  South Indian Horticulture 29(1):68-69.

Purwati, S. 1987. Budidaya Tanaman Mangga dan Permasalahan­nya di Kabupaten Pasuruan. Laporan Praktek Kerja Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rachim, F. 1988. Pengaruh KNO3 pada Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif mangga Varietas Gadung, Golek, dan Kopyor. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rao, V.N.V., J.B.M.M.A. Khader. 1980.  Effect of Pruning      and Thinning of Young Shoot Clusters of Mango Vari     eties.  Indian Food Packer.  34(3):60-63.

Rini Dwiastuti. 1995. Abstraksi Sistem Agribisnis Rambutan di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Peneli­tian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Ryall, A.L. dan W.J. Lipton. 1983. Handling, Transporta­tion and Storage of Fruits and Vegetables. Volume I. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Santoso, R.D. 1987. Keberhasilan Umur Penyambungan Muda beberapa Varietas Batang Bawah dan Batang Atas Tana­man Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sentra, I.W. 1988.  Pengelolaan Kebun bibit buah-buahan Bank Indonesia, Pasuruan.  Jurusan Budidaya Pertani­an, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Simon B.W. dan Soemarno. 1995. Sistem Agribisnis Pisang di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Soemarno, N. Hanani, W. Susinggih, dan M. Dewani. 1993. Penelitian Pengembangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur.  Kerjasama antara Bappeda Tk I Jawa Timur dan Pusat Penelitian Universitas Brawijaya, Malang.

Soemarno, K. Sukesi, B. Setiawan. L. Agustina, B.S. Suprih, dan Sudarto. 1995. Identifikasi Potensi Komoditas Andalan Berdasarkan Agribisnis. Kerjasama P2LK Pusat dengan Fakul­tas Pertanian Unibraw. 

Soemarno dan Iksan Semaoen. 1995.  Model Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Pedesaan. Prosiding Lokakarya Review Hasil- hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

Soemarno. 1991. Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan.  Makalah disampaikan dalam Seminar Ilmiah Tanggal 12 Juni 1991 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Soemarno. 1995.  Konsep Sistem Agribisnis Komoditi Unggulan. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.

SP2UK-PPLK. Jatim. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya dan Konservasi Lahan Kering. SP2UK-PPLK Jawa Timur, Malang.

Suhadak, E. 1988. Pengaruh Zat Antioksida pada Kultur kalus Tanaman Mangga (Mangfera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sukindar. 1991.  Observasi tanaman mangga (Mangifera      indica L.) di Kebun Percobaan Cukur Gondang, Pasu­ruan.  Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Sumarno, S.Z. Nurchasanah dan H. Danoesastro. 1981. Usaha Mempercepat Perakaran "Turus Daun" Apel dan Mangga Dengan IBA.  Fakultas Pertanian, Universitas Gajahma­da, Yogyakarta.

Sumiatun. 1989. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembentukan Buah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sunaryono,  H.   1981.   Pengenalan Jenis Tanaman Buah- Buahan dan Bercocok Tanam Buah-Buahan Penting  di  Indonesia.  Penerbit Sinar Baru.  Bandung.

Tan Bock Thiam dan Shao-Er Ong. 1979.  Readings in Asian Farm Manage­ment. Singapore University Press.